Jakarta –
Setiap orang tua boleh memilih jenis pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Hal ini juga dilakukan oleh Ario Muhammad, Ayah dari penulis cilik, Muhammad DeLiang Al-Farabi.
Ario dan sang istri, Ratih Anggraini, sempat lama tinggal di luar negeri. Ia juga pernah menyekolahkan DeLiang, di Bristol, Inggris.
Belum lama ini, DeLiang, sempat viral di media sosial, Bunda. Bukan tanpa alasan, di usianya yang masih 11 tahun ini, DeLiang berhasil menulis 30 buku dengan Bahasa Inggris.
Salah satu bukunya yang berjudul The Battle of Badr bahkan berhasil menembus salah satu penerbit di London. Sementara itu, sekitar 16 buku tengah dalam proses ilustrasi, dan beberapa buku lainnya bisa didapatkan secara ebook maupun cetak.
Kini, DeLiang dan keluarga sudah kembali menetap di Indonesia, tepatnya di kota Surabaya. Ario pun memilih Homeschooling Kak Seto (HSKS) sebagai tempat DeLiang menimba ilmu.
Perbedaan sekolah di Inggris dan Indonesia menurut DeLiang
Berpindah-pindah sekolah tentu bukan yang mudah dilalui. Anak tentu akan merasakan perbedaan dan perlu beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Menurut DeLiang, sekolahnya di Inggris mengajarkan bocah 11 tahun ini cara belajar yang menyenangkan. Tak hanya itu, di sana ia juga selalu berkompetisi dengan murid-murid lainnya.
“Di Inggris sangat menyenangkan bagaimana mereka (para pengajar) mengajar kami dan berinteraksi dengan anak-anak. Dan itu seperti ada kompetisi di antara kami. Jadi itu seperti selalu ada kuis atau yang lainnya,” katanya ketika diwawancara HaiBunda secara eksklusif beberapa waktu lalu.
“Dan di Indonesia, aku tidak menemukan siapapun yang meminta untuk berkompetisi, tidak ingin berkompetisi sepertiku,” sambungnya dengan mengenakan Bahasa Inggris.
Alasan orang tua DeLiang pilih homeschooling
HSKS memungkinkan anak muridnya untuk belajar selama tiga kali seminggu. Menurut Ario, hal ini menjadi solusi baginya karena ia dan anak-anak menjadi punya banyak waktu untuk berinteraksi.
“Ternyata kami menemukan bahwa belajar dua hari sepekan, karena mereka kan practically belajar benar itu cuma dua hari di Senin dan Rabu, atau dua kali seminggu. Dan itu sudah cukup untuk meng-cover untuk pembelajaran di sekolah sebenarnya,” jelas Ayah tiga anak ini.
“Akhirnya homeschooling ini menjadi solusi bagus buat kami karena kami jadi punya banyak waktu untuk berinteraksi dengan anak-anak sehingga lebih nyaman,” lanjutnya.
Menurut Ario, DeLiang juga masih sering membandingkan gurunya di Inggris dan di Indonesia, Bunda. Simak kisah lengkapnya pada laman berikutnya, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!