7.4
After a fateful near-miss, an assassin battles his employers, and himself, on an international manhunt he insists isn’t personal.
The Killer adalah film arahan sineas kawakan David Fincher yang dirilis platform Netflix minggu lalu. Fincher seperti kita tahu adalah sineas di balik film-film berkualitas tinggi, seperti Se7en, Fight Club, Zodiac, The Social Network, The Girl with the Dragon Tatoo, hingga Mank. The Killer diadaptasi dari seri novel grafis produksi Perancis bertitel sama, tulisan Alexis “Matz” Nolent. Film ini dibintangi Michael Fassbender, Arliss Howard, Charles Parnell, Kerry O’Malley, Sala Baker, Sophie Charlotte, dan Tilda Swinton. Akankah The Killer mampu bersaing dengan film-film masterpiece karya sang sineas?
Seorang pembunuh bayaran profesional (Fassbender) terlihat melakukan observasi dari sebuah bangunan di seberang hotel tua di Kota Paris. Targetnya adalah seorang tamu penting di kamar penthouse. Dengan segala persiapan yang teramat matang dan panjang, satu momen tersisa hanyalah menarik pelatuk riffle-nya. Dor! Tembakannya ternyata gagal. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya. Sang pembunuh lantas pergi tanpa sedikit pun meninggalkan jejak. Sesampainya di rumah persembunyiannya di Dominika, ia menemui kediamannya dibobol orang dan sang kekasih pun terluka parah. Kegagalan aksinya, rupanya membuatnya menjadi ancaman. Ia pun lantas dengan caranya sendiri, memburu semua orang, dari bawah ke atas, untuk membalaskan dendam.
Bagi yang sudah mengenal David Fincher, The Killer ibarat stempel dari semua gaya estetiknya. Sejak detik pertama; opening title sequence khas, gaya sinematografi, tone warna gambar, penceritaan yang termat detil, hingga sisi misteri dan thriller-nya. Plotnya dibagi menjadi chapter yang merujuk pada aksi dan sosok yang menjadi buruannya. Ibarat plotnya adalah studi karakter sang pembunuh dalam melakukan melakukan segala aksinya yang ekstra hati-hati. Suara narasi (monolog) dari sang pembunuh menjadi kunci informasi utama dari proses panjang yang begitu rinci. Jarang sekali kata-kata keluar dari mulut sang protagonis, kontras dengan narasi-narasi yang panjang. Fassbender pun seolah terlahir untuk peran ini yang bermain dengan sangat brilian dan karismatik.
Dengan gaya penyutradaraan yang berkelas dari sang sineas, The Killer adalah salah satu film terbaiknya, juga film terbaik sang bintang. The Killer adalah sebuah tontonan yang dikemas dalam satu gaya estetik berkualitas tanpa membuat kita banyak berpikir. Kita hanya tinggal enjoy menikmati segala pencapaian visualnya dengan narasi empuk dari sang protagonis. Pada penghujung, narasinya memberi satu pernyataan moral yang menggugah. Mungkin bisa diartikan begini: Jika kita ada di jalan yang salah (penuh dosa), dan kadang pun kita melakukan kesalahan. Untuk menebus kesalahan, kita pun melakukan dengan cara yang salah untuk menyelesaikan masalah, tanpa ada penyesalan hanya agar kita merasa nyaman. Ini hanya terjadi sang pembunuh atau kita semua?